Dibawah pimpinan Untung Muljono, mereka mulai mencoba menggarap sebuah sendratari dengan judul Kembang Sore, yang dipentaskan disebuah forum perpisahan. Pementasan yang didukung oleh 50 orang penari itu membuahkan hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan sukses. Bagi Untung Muljono sendiri pementasan itu merupakan awal kegemilangan seorang penari dan sekaligus penata tari muda.
Setelah mereka lulus SMP, kegiatan seni tari yang Untung pimpin semakin berkembang. Bahkan banyak dari mereka adalah anak-anak TK dan SD yang ikut bergabung dalam kegiatan seni tari tersebut. Adapun seni tari yang diajarkan adalah hasil kreasi dari Untung Muljono dan adiknya Wardoko.
Untung Muljono menari sejak sekolah di tingkat dasar bersama adiknya yaitu Wardoko. Kegiatan menari ini ditekuninya hingga kini, dimana saat ini dia bertempat di Yogyakarta . Kepindahan ke Yogyakarta setelah mereka lulus dari SPG guna melanjutkan studi yang lebih tinggi. Di Yogyakarta mereka merintis sebuah sanggar tari yang mereka beri nama “Sanggar Tari Kembang Sore”. Berdirinya sanggar tari tersebut tak lepas dari dukungan dan kerjasama dari rekan-rekannya seperti Sundoko (alm) dari Ponorogo, dan Bambang Sardaka yang berasal dari Kulon Progo. Pada tahun 1984 tepatnya pada tanggal 14 Februari, berdirilah Sanggar Tari Kembang Sore secara resmi yang kegiatannya dipusatkan di Dusun Sorogenen Kalasan Sleman Yogyakarta. Peresmian Sanggar Tari Kembang Sore diresmikan oleh Departemen Kesenian Yogyakarta. Kecuali itu di Tulungagung juga berdiri Sanggar Tari Kembang Sore cabang Tulungagung dan merupakan anak buah dari Untung Muljono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar